Jumat, 10 Juni 2011
TUGAS MANDIRI 5
DOWNLOAD LINK TUGAS MANDIRI 5 : http://www.ziddu.com/download/15319719/1105111244.docx.html
Memelihara Burung Yang Bertanggung Jawab
26-10-2007
Di kota-kota besar seperti Jakarta, banyak masyarakat yang tertarik kepada burung sebagai hiburan, maupun bagian dari nostalgia yang mengingatkan mereka akan suasana di kampung. Namun, sebagai bentuk apresiasi, banyak orang lebih suka memelihara burung di kandang. Fenomena hobby memelihara burung yang marak di kota-kota besar di Indonesia. Survey mengenai burung peliharaan dilaksanakan melalui kuesioner dengan wawancara tatap muka langsung dengan memilih 1781 sampel secara acak di enam kota besar di Jawa dan Bali. Survey menunjukkan bahwa burung merupakan hewan peliharaan paling populer pada rumah tangga di enam kota besar di Jawa dan Bali. Sebanyak 35.7% (636/1781) rumah tangga yang disurvey memelihara burung (termasuk ayam) sementara 24.4% (434,1781) memelihara ikan, 12.8% (228/1781) memelihara kucing, 10.1% (179/1781) memelihara anjing, 5.6% (99/1781) memelihara mamalia kecil, 3.7% (66/1781) memelihara hewan ternak, 2.5% (45/1781) memelihara reptil dan 0.7 (12/1781) memelihara monyet.
Sebenarnya, memelihara burung di kandang jika tidak disertai pengetahuan yang cukup, etika serta rasa tanggung jawab, ujug-ujug memberikan kesenangan, malah bikin masalah. Rasa bertanggung jawab ini sangat penting, bahkan saat awal memutuskan untuk memelihara dan memilih jenis yang akan dipelihara. Banyak jenis burung hutan seperti paok, takur, sepah, cica-daun dan poksai, yang sebenarnya mudah stress dan mati kalau dipelihara di kandang. Membeli jenis-jenis burung ini sebenarnya membuang waktu, uang dan tenaga. Jika diibaratkan dengan membeli bunga, sama saja dengan membeli bunga potong untuk kita taruh di dalam vas bunga setiap pagi. Mengapa tidak membeli bunga hidup saja yang mudah kita rawat dan pelihara sepanjang waktu. Begitu pula dengan memelihara burung, mengapa tidak membeli saja jenis-jenis yang mudah dipelihara seperti perkutut, gelatik, kenari, lovebird dan parkit.
Selain mudah dipelihara, burung-burung tersebut merupakan jenis yang telah banyak ditangkarkan. Sehingga burung yang kita beli dapat dijamin merupakan hasil penangkaran, bukan tangkapan dari alam. Mengapa begitu penting memilih burung hasil penangkaran, jawabannya kembali kepada etika serta rasa tanggung jawab tadi. Banyak sekali burung yang dijual di pasaran merupakan burung liar hasil tangkapan dari alam. Hasil survey yang telah dilakukan oleh Burung Indonesia bekerja sama dengan The Nielsen menunjukkan bahwa dari total jumlah burung kicauan yang dipelihara, lebih dari setengah (58.5%) merupakan jenis hasil tangkapan dari alam. Survey juga memperlihatkan terjadinya peningkatan jumlah burung kicauan lokal hasil tangkapan dari alam yang dipelihara, dari 738.518 ekor pada tahun 1999, menjadi 878.077 ekor pada tahun 2006. Dapat dibayangkan bagaimana pengaruh hobi memelihara burung terhadap penurunan populasi di alam secara drastis diakibatkan oleh penangkapan dan perdagangan besar-besaran untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Memulai Penangkaran Sebagai Solusi Hobi memelihara burung memang diakui berdampak sangat negatif pada populasi burung. Sebab, sekitar separuh dari semua burung peliharaan itu diambil dari alam. Mereka yang membeli burung hasil tangkapan dari alam langsung ini biasanya justru pemelihara burung amatir. Mereka tak peduli kualitas suara, kesehatan burung, apalagi status populasinya di alam.
Delapan jenis burung kicauan yang paling banyak dipelihara masyarakat, adalah : burung kenari, serindit, jog-jog atau merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier), kutilang (Pycnonotus aurigaster), murai batu (Copsychus malabaricus), anis merah (Zoothera citrina), kacer, dan cica-daun (Chloropsis sp). Kebiasaan memelihara burung yang sebagian besar diperoleh dari hasil tangkapan alam ini secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap populasi burung di alam. Jika penangkapan burung dari alam untuk dipelihara terus berlangsung, tanpa rem dan tanpa kendali, bukan mustahil jenis-jenis burung tersebut akan punah dari muka bumi.
Untuk menjaga populasi burung di alam, memang tidak bisa serta merta mengatasinya dengan seperangkat aturan yang lagi-lagi justru akan dilanggar. Tidak bisa juga menghentikan total budaya memelihara burung yang telah mengakar sedemikian kuat di masyarakat. Jadi, solusi atau jalan tengahnya adalah penangkaran. Para pehobi sudah saatnya diarahkan membeli burung hasil penangkaran saja, demi membatasi perburuan burung yang hidup bebas di alam liar. Caranya antara lain, jika mengikuti lomba burung berkicau, hobbyist harus memverifikasi bahwa burung yang dia bawa merupakan burung hasil penangkaran melalui cincin tertutup serta sertifikat.
Penggunaan cincin tertutup sebagai penanda burung hasil tangkaran dinilai cukup efektif. Cincin berbentuk lingkaran penuh itu dipakaikan pada kaki anakan burung yang berusia kurang dari dua minggu dan tidak bisa dipakaikan pada burung dewasa hasil tangkapan di alam. Selain itu, pada cincin tertutup tersebut diberi kode identifikasi sehingga asal-usul burung tersebut dapat dilacak.
Sejauh ini burung yang sudah ditangkarkan adalah jenis-jenis burung berkicau seperti perkutut, murai batu, dan kenari. Belakangan, cucak rawa dan anis kembang juga mulai banyak ditangkarkan. Para pehobi profesional kini pun cenderung lebih memilih burung hasil tangkaran karena lebih terjamin kualitasnya, lebih mudah dirawat dan lebih mudah dilatih untuk jadi burung juara. Dari sisi konservasi, maraknya pemeliharaan burung berkicau juga mengurangi dampak pemeliharaan burung terhadap penurunan populasi burung di alam.
Dengan adanya syarat hanya burung hasil penangkaran yang boleh ikut lomba, diharapkan mampu menahan laju kepunahan burung. Sebab, di satu sisi penangkar termotivasi untuk meningkatkan kapasitas produksi agar dapat menyuplai kebutuhan burung hobiis, dan di sisi lain penangkar juga ikut menjaga kestabilan populasi burung di alam. Dengan membeli dan memelihara burung-burung hasil penangkaran sebenarnya kita telah berperan dalam mengurangi pengaruh hobi memelihara burung terhadap penurunan populasi burung liar di alam. (Fahrul Amama & Rachma Triwiduri/Burung Indonesia)Memelihara Burung Yang Bertanggung Jawab
26-10-2007
26-10-2007
Di kota-kota besar seperti Jakarta, banyak masyarakat yang tertarik kepada burung sebagai hiburan, maupun bagian dari nostalgia yang mengingatkan mereka akan suasana di kampung. Namun, sebagai bentuk apresiasi, banyak orang lebih suka memelihara burung di kandang. Fenomena hobby memelihara burung yang marak di kota-kota besar di Indonesia. Survey mengenai burung peliharaan dilaksanakan melalui kuesioner dengan wawancara tatap muka langsung dengan memilih 1781 sampel secara acak di enam kota besar di Jawa dan Bali. Survey menunjukkan bahwa burung merupakan hewan peliharaan paling populer pada rumah tangga di enam kota besar di Jawa dan Bali. Sebanyak 35.7% (636/1781) rumah tangga yang disurvey memelihara burung (termasuk ayam) sementara 24.4% (434,1781) memelihara ikan, 12.8% (228/1781) memelihara kucing, 10.1% (179/1781) memelihara anjing, 5.6% (99/1781) memelihara mamalia kecil, 3.7% (66/1781) memelihara hewan ternak, 2.5% (45/1781) memelihara reptil dan 0.7 (12/1781) memelihara monyet.
Sebenarnya, memelihara burung di kandang jika tidak disertai pengetahuan yang cukup, etika serta rasa tanggung jawab, ujug-ujug memberikan kesenangan, malah bikin masalah. Rasa bertanggung jawab ini sangat penting, bahkan saat awal memutuskan untuk memelihara dan memilih jenis yang akan dipelihara. Banyak jenis burung hutan seperti paok, takur, sepah, cica-daun dan poksai, yang sebenarnya mudah stress dan mati kalau dipelihara di kandang. Membeli jenis-jenis burung ini sebenarnya membuang waktu, uang dan tenaga. Jika diibaratkan dengan membeli bunga, sama saja dengan membeli bunga potong untuk kita taruh di dalam vas bunga setiap pagi. Mengapa tidak membeli bunga hidup saja yang mudah kita rawat dan pelihara sepanjang waktu. Begitu pula dengan memelihara burung, mengapa tidak membeli saja jenis-jenis yang mudah dipelihara seperti perkutut, gelatik, kenari, lovebird dan parkit.
Selain mudah dipelihara, burung-burung tersebut merupakan jenis yang telah banyak ditangkarkan. Sehingga burung yang kita beli dapat dijamin merupakan hasil penangkaran, bukan tangkapan dari alam. Mengapa begitu penting memilih burung hasil penangkaran, jawabannya kembali kepada etika serta rasa tanggung jawab tadi. Banyak sekali burung yang dijual di pasaran merupakan burung liar hasil tangkapan dari alam. Hasil survey yang telah dilakukan oleh Burung Indonesia bekerja sama dengan The Nielsen menunjukkan bahwa dari total jumlah burung kicauan yang dipelihara, lebih dari setengah (58.5%) merupakan jenis hasil tangkapan dari alam. Survey juga memperlihatkan terjadinya peningkatan jumlah burung kicauan lokal hasil tangkapan dari alam yang dipelihara, dari 738.518 ekor pada tahun 1999, menjadi 878.077 ekor pada tahun 2006. Dapat dibayangkan bagaimana pengaruh hobi memelihara burung terhadap penurunan populasi di alam secara drastis diakibatkan oleh penangkapan dan perdagangan besar-besaran untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Memulai Penangkaran Sebagai Solusi Hobi memelihara burung memang diakui berdampak sangat negatif pada populasi burung. Sebab, sekitar separuh dari semua burung peliharaan itu diambil dari alam. Mereka yang membeli burung hasil tangkapan dari alam langsung ini biasanya justru pemelihara burung amatir. Mereka tak peduli kualitas suara, kesehatan burung, apalagi status populasinya di alam.
Delapan jenis burung kicauan yang paling banyak dipelihara masyarakat, adalah : burung kenari, serindit, jog-jog atau merbah cerukcuk (Pycnonotus goiavier), kutilang (Pycnonotus aurigaster), murai batu (Copsychus malabaricus), anis merah (Zoothera citrina), kacer, dan cica-daun (Chloropsis sp). Kebiasaan memelihara burung yang sebagian besar diperoleh dari hasil tangkapan alam ini secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap populasi burung di alam. Jika penangkapan burung dari alam untuk dipelihara terus berlangsung, tanpa rem dan tanpa kendali, bukan mustahil jenis-jenis burung tersebut akan punah dari muka bumi.
Untuk menjaga populasi burung di alam, memang tidak bisa serta merta mengatasinya dengan seperangkat aturan yang lagi-lagi justru akan dilanggar. Tidak bisa juga menghentikan total budaya memelihara burung yang telah mengakar sedemikian kuat di masyarakat. Jadi, solusi atau jalan tengahnya adalah penangkaran. Para pehobi sudah saatnya diarahkan membeli burung hasil penangkaran saja, demi membatasi perburuan burung yang hidup bebas di alam liar. Caranya antara lain, jika mengikuti lomba burung berkicau, hobbyist harus memverifikasi bahwa burung yang dia bawa merupakan burung hasil penangkaran melalui cincin tertutup serta sertifikat.
Penggunaan cincin tertutup sebagai penanda burung hasil tangkaran dinilai cukup efektif. Cincin berbentuk lingkaran penuh itu dipakaikan pada kaki anakan burung yang berusia kurang dari dua minggu dan tidak bisa dipakaikan pada burung dewasa hasil tangkapan di alam. Selain itu, pada cincin tertutup tersebut diberi kode identifikasi sehingga asal-usul burung tersebut dapat dilacak.
Sejauh ini burung yang sudah ditangkarkan adalah jenis-jenis burung berkicau seperti perkutut, murai batu, dan kenari. Belakangan, cucak rawa dan anis kembang juga mulai banyak ditangkarkan. Para pehobi profesional kini pun cenderung lebih memilih burung hasil tangkaran karena lebih terjamin kualitasnya, lebih mudah dirawat dan lebih mudah dilatih untuk jadi burung juara. Dari sisi konservasi, maraknya pemeliharaan burung berkicau juga mengurangi dampak pemeliharaan burung terhadap penurunan populasi burung di alam.
Dengan adanya syarat hanya burung hasil penangkaran yang boleh ikut lomba, diharapkan mampu menahan laju kepunahan burung. Sebab, di satu sisi penangkar termotivasi untuk meningkatkan kapasitas produksi agar dapat menyuplai kebutuhan burung hobiis, dan di sisi lain penangkar juga ikut menjaga kestabilan populasi burung di alam. Dengan membeli dan memelihara burung-burung hasil penangkaran sebenarnya kita telah berperan dalam mengurangi pengaruh hobi memelihara burung terhadap penurunan populasi burung liar di alam. (Fahrul Amama & Rachma Triwiduri/Burung Indonesia)
TEKNOLOGI INFORMASI DAN PERKEMBANGAN SISTEM AKUNTANSI
PENDAHULUAN
Teknologi informasi (TI) turut berkembang sejalan dengan perkembangan peradaban manusia. Perkembangan teknologi informasi meliputi perkembangan infrastruktur TI, seperti hardware, software, teknologi penyimpanan data (storage), dan teknologi komunikasi (Laudon, 2006: 174). Perkembangan TI tidak hanya mempengaruhi dunia bisnis, tetapi juga bidang-bidang lain, seperti kesehatan, pendidikan, pemerintahan, dan lain-lain. Kemajuan TI juga berpengaruh signifikan pada perkembangan akuntansi. Perkembangan akuntansi akibat kemajuan teknologi terjadi dalam tiga babak, yaitu era bercocok tanam, era industri, dan era informasi.
A. Akuntansi Dan Teknologi Informasi
Peran teknologi informasi dalam membantu proses akuntansi dalam perusahaan/organisasi telah lama berlangsung. Alasan utama penggunaan IT dalam akuntansi ialah efisiensi, penghematan waktu dan biaya. Alasan lain termasuk peningkatan efektifitas, mencapai hasil/output laporan keuangan dengan benar. Alasan lainnya yaitu ditambah dengan perlindungan atas aset perusahaan.
Secara singkat manfaat IT dalam Akuntansi adalah :
- Menjadikan pekerjaan lebih mudah (makes job easier).
- Bermanfaat (usefull).
- Menambah produktifitas (Increase productivity).
- Mempertinggi efektifitas (enchance effectiveness).
- Mengembangkan kinerja pekerjaan (improve job performance)
Fungsi Sistem Informasi
Setiap organisasi yang menggunakan komputer untuk memproses data transaksi memiliki fungsi sistem informasi. Fungsi sistem informasi bertanggung jawab untuk pengolahan data (DP). Pengolahan data merupakan aplikasi sistem informasi akuntansi yang fundamental dalam setiap organisasi. Fungsi sistem informasi dalam organsisasi telah berevolusi mulai dari srtuktur organisasi sederhana yang terdiri dari beberapa orang saja sampai struktur yang kompleks yang meliputi banyak spesialis yang bermutu.
Setiap sistem informasi akuntansi akan melaksanakan lima fungsi utamanya yaitu :
- Mengumpulkan dan menyimpan data dari semua aktivitas dan transaksi perusahaan.
- Memproses data menjadi informasi yang berguna pihak manajemen.
- Memanajemen data-data yang ada kedalam kelompok-kelompok yang sudah ditetapkan oleh perusahaan.
- Mengendalikan kontrol data yang cukup sehingga aset dari suatu organisasi atau perusahaan terjaga.
Penghasil informasi yang menyediakan informasi yang cukup bagi pihak manajemen untuk melakukan perencanaan, mengeksekusi perencanaan dan mengkontrol aktivitas.
Otomasi Kantor Dan Perlunya Otomasi Kantor
Istilah sistem informasi akuntansi meliputi penggunaan teknologi informasi untuk penyajian informasi kepada para pemakai. Komputer digunakan pada seluruh tipe sistem informasi. TI mencakup komputer dan juga teknologi lain yang digunakan untuk memproses informasi. Teknologi seperti mesin pembaca kode bar dan peralatan scanning, dan protokol-protokol komunikasi dan standar-standar seperti ANSI X.12, penting bagi otomasi kantor.
Contoh Tentang Teknologi Tanggap Cepat
Istilah sistem tanggap cepat-Quick response system yaitu maksudnya menjelaskan yang ‘cepat’ dan “responsif”. Tetapi arti dari konsep tangap cepat jauh lebih mendalam. Sistem tanggap cepat penting bagi gerakantotal quality performance(TQP) perusahaan. TQP (Total Quality Management-TQM) adalah filosofi untuk melaksanakan sesuatu yang tepat dengan tepat pada saat pertama. TQP mensyaratkan produksi berkualitas tinggi, efisiensi operasional, dan perbaikan terus menerus dalam operasi. TQP menekankan “kepuasan pelanggan” sedemikian rupa hingga tercapai “obsesi pelanggan”. Dalam lingkungan dunia bisnis yang sangat kompetitif, TQP adalah strategi untuk dapat bertahan hidup.
Beberapa teknologi berinteraksi agar sistem tanggap cepat menjadi flexsible yaitu :
1. Just In Time (JIT)
Sistem penjualan eceran tanggap cepat mirip dengan sistem persediaan just-in-time(JIT) yang digunakan manufaktur. Sistem ini pesanan pembelian untuk barang-barang persediaan dibuat berdasarkan konsep “permintaan-tarik” dan bukannya berdasarkan suatu interval tetap (bulanan atau mingguan) secara “dorong” untuk memenuhi tingkat persediaan tertentu.
Cirinya :
- Lingkungan JIT merupakan suatu lingkungan arus yang berkelanjutan dan bukannya lingkungan batch.
- Mensyaratkan operasi pemrosesan secara kontinu, untuk meminimalkan atau mengeliminasi persediaan secara keseluruhan.
- Mengeliminasi kesi-siaan dalam proses manufaktur dan menekankan adanya pengembangan secara terus-menerus dalam operasi.
- Merupakan konsep yang mirip dengan TQM, dan dalam banyak hal sebagai aspek penting dalam TQM.
- Kegiatan pemrosesan muncul dengan konsep “tarikan”. Kegiatan (seperti pemesanan produk baru) terjadi hanya pada saat dibutuhkan untuk memenuhi permintaan pelanggan.
2. Web Commerce
Disebut juga perdagangan dengan jaringan internet. Penjualan melalui jaring internet (World Wide Web) merupakan bagian integral dari perekonomian. Penjualan tersebut menyediakan banyak keuntungan baik bagi konsumen maupun penyedia barang.
Yang banyak menjadi perhatian masyarakat dalam pembelian melalui Web adalah aspek keamanan dan perlindungan data pribadi.
3. Electronic Data Interchange (EDI)
Merupakan pertukaran dokumen bisnis dari komputer ke komputer melalui jaringan komunikasi. Berbeda dengan E-mail di mana pengiriman pesan dibuat dan diinterpretasikan oleh manusia(orang ke orang), sedangkan pesan-pesan EDI dibuat dan diinterpretasikan oleh komputer. Standar EDI untuk publik, khususnya ANSI X.12.
4. Computer Integrated Manufacturing (CIM)
Merupakan pendekatan terpadu untuk pemanfaatan teknologi informasi pada perusahaan manufaktur. Komponen- komponen sistem CIM biasanya :
- Mencakup stasiun-stasiun kerja perancangan bantuan komputer (Computer Aided Design-CAD).
- Sistem pengendalian dan monitoring produksi secara realtime.
- Sistem pemesanan dan pengendalian persediaan.
5. Electronic Funds Transfer (EFT)
Merupakan sistem pembayaran dimana pemrosesan dan komunikasi sepenuhnya atau sebagian besar dilakukan secara elektronik.
Cirinya :
- Sistem EFT menyediakan fasilitas perpindahan dana secara elektronik antar organisasi yang didasarkan pada instruksi pelanggan.
- Bank dapat berhubungan dengan aplikasi-aplikasi EDI organisasi.
- Industri perbankan dan bkeuangan menggunakan :
- FedWire,
- Clearing House Interbank Payment System (CHIPS),
- Clearing House Automated Payment System(CHAPS),
B. Akuntansi Dan Perkembangan Sistem
Istilah sistem informasi akuntansi mencakup kegiatan pengembangan sistem yang menurut sudut pandang akuntan atau auditor, dilakukan secara profesional. Akuntan-akuntan dapat melakukan kegiatan pengembangan sistem, baik secara intern untuk perusahaan mereka, ataupun secara ekstern sebagai konsultan.
Tujuan Dari Hakikat Pengembangan Sistem
Proyek pengembangan sistem pada umumnya mencakup tiga tahap utama yaitu :
1. Analisis system
Meliputi formulasi dan evaluasi solusi-solusi atas masalah-masalah sistem. Penekanan dalam analisis sistem adalah tujuan keseluruhan sistem. Hal yang mendasar dalam hal ini adalah imbal balik, untung rugi, dalam pencapaian tujuan sistem. Tujuan umum analisis sistem dapat diikhtisarkan sebagai berikut :
- Untuk meningkatkan kualitas informasi.
- Untuk meningkatkan pengendalian intern.
- Untuk meminimalkan biaya.
Utung rugi harus ditentukan dalam memilih antara tujuan kehematan dengan kemanfaatan, atau antara kesederhanaan dan sistem yang realistis tetapi kompleks.
2. Perancangan system
Mencakup evaluasi efektivitas dan efisiensi relatif atas pilihan-pilihan rancang bangun sistem dipandang dari kebutuhan keseluruhanya.
3. Implementasi sistem
Merupakan proses penempatan rancangan prosedur-prosedur dan metode-metode baru, atau yang telah direvisi, ke dalam operasi.
Pertimbangan Perilaku dalam Pengembangan Sistem
Manajemen, pemakai, dan staf sistem perlu dilibatkan dalam perancangan sistem informasi dan kegiatan lanjutannya. Umumnya, kelompok perancangan atau tim proyek yang meliputi para pemakai, analis, dan wakil-wakil manajemen, dibentuk untuk mengidentifikasi kebutuhan, mengembangkan spesifikasi-spesifikasi teknis, dan mengimplementasikan sistem baru.
Masalah-masalah teknis, organisasional, dan manajemen proyek akan muncul dalam mengimplementasikan sistem informasi. Sistem informasi yang baru menimbulkan hubungan tata kerja baru di antara personel yang ada, perubahan-perubahan tugas, dan barangkali perubahan struktur organisasi formal. Faktor-faktor teknis, perilaku, situasi, dan personel yang berkaitan harus dipertimbangkan seluruhnya. Kegagalan untuk melakukan hal itu akan mengakibatkan tidak bergunanya output sistem. Kerja sama pemakai yang dibutuhkan untuk keberhasilan pengoperasian sistem harus diyakini pada saat perancangan sistem. Untuk memastikan kesesuaian dengan jadual produksi, hubungan yang terus-menerus di antara pemakai dan personel sistem informasi adalah penting. Daftar input, laporan, dan lainnya biasanya merupakan tanggung jawab kelompok sistem, tetapi untuk implementasi dan pemeliharaan atas daftar ini diperlukan kerja sama dengan para pemakai.
Filosofi dari perancangan berorientasi pemakai(user oriented) membantu membentuk perilaku dan pendekatan kepada pengembangan sistem yang dengan seksama mempertimbangkan konteks organisasional. Output harus diarahkan kepada keputusan- keputusan para pemakai harus memahami hakikat dan tujuan output agar dapat memanfaatkannya. Pelatihan karyawan harus tercakup dalam tahap perancangan, bukan dimulai setelah sistem dipasang. Sistem harus disiapkan untuk dapat menerima dan melakukan perubahan setelah mulai dioperasikan. Para pemakai biasanya meminta perubahan antisipasi terhadap kemungkinan ini dan faktor-faktor lain yang telah diuraikan adalah sangat penting dalam filosofi berorientasi pemakai dalam perancangan sistem.
KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah diuraikan tentang sistem informasi akuntansi, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
- Teknologi informasi berperan besar terhadap sistem informasi akuntansi yang mana teknologi informasi tersebut mencakup teknologi komputer (baik hardware maupun software) dan juga teknologi lain yang mencakup aplikasi-aplikasi pembantu yang digunakan untuk memproses informasi.
- Penggunaan sistem teknologi informasi dalam sistem informasi akuntansi meliputi fungsi sistem informasi, pemakai akhir komputasi (end user computing), dan teknologi tanggap cepat.
- Pengembangan sistem informasi akuntansi dilakukan secara profesional baik secara intern untuk suatu perusahaan maupun secara ekstern sebagai konsultan.
REFERENSI
alamat web/download link
http://khalem.wordpress.com/2010/11/07/teknologi-informasi-dan-perkembangan-sistem-akuntansi/
Langganan:
Postingan (Atom)